CITRA DIRI

Kamis, Februari 26, 2009

Sebagai makhluk moral, manusia selalu dihadapkan pada piliham untuk berbuat baik dan buruk. Kecenderungan baik dan buruk itu terus bergulat dalam diri manusia sepanjang waktu. Namun perlu disadari bahwa kehormatan dan kemuliaan manusia justru terletak pada kemampuannya mengorganisasi dan memanage kecenderungan-kecenderungan yang bersifat antagonistik itu secara baik dan proporsional.

Dalam terminologi akhlak Islam, usaha manusia untuk membangun kehormatan dan citra diri yang baik sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya itu dinamai sifat muru'ah. Muru'ah berarti menjaga diri hingga mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga dalam dirinya tak tampak sedikitpun keburukan maupun kekurangan.

Sifat muru'ah menurut Imam Al-Mawardi, menjadi salah satu indikasi kesucian jiwa dan kesuburan budi pekerti. Dikatakan demikian, karena seorang tak disebut memiliki muru'ah kecuali bila ia mampu memelihara diri dari dosa-dosa, tidak berbuat dosa, tidak berbuat zalim, tidak tamak atau loba, tidak membantu orang kuat untuk menghancurkan yang lemah, serta tidak melakukan sesuatu yang dapat merusak nama baik dan kehormatannya. (Kitab Adab Ad-Dunya Wad-Din, hal. 206).

Hakikat muru'ah, seperti terlihat di atas, bertumpu pada pemenuhan kualitas-kualitas moral (akhlakul karimah). Untuk itu, ada sebagaian pakar yang mendefinisikan sifat muru'ah sebagai usaha menghiasi diri demham semua akhlak baik dan menjauhkan diri dari semua akhlak buruk, baik dalam perkataan, sikap, maupun perbuatan.

Dalam pengertian in, maka citra diri yang baik mengani lisan (muru'atul lisan) berarti tutur kata yang manis dan lemah lembut. Citar diri yang baik mengenai sikap dan perangai (muru'atul khulq) berarti kelapangan dan toleransi kepada setiap orang. Citra yang baik mengenai harta (muru'atul mal) berarti distribusi dan penggunaannya secara benar. Sedang citra yang baik mengenai pangkat dan kedudukan (muru'atul jah) berarti penggunaan dan realisasinya sebagai abdi bangsa dan abdi masyarakat.

Untuk membangun sifat muru'ah atau citra diri, kata Ibnul Qoyyim Al-Jauziah, seseorang harus mampu meningkatkan kualitas moral dan akhlaknya baik secara internal, horizontal, maupun vertikal.

Secara internal, ia harus mampu menghiasi diri dengan sifat keutamaan yang memperindah dan mempercantik diri. Secara horizontal, ia harus mampu bergaul dengan orang lain secara baik dan adil, tidak menyakiti dan tidak berbuat seuatu yang dapat membuat mereka merasa terhina. Sedang secara vertikal, ia harus menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasinya serta melihat semua aida dan kekuarangannya. Untuk itu ia harus berusaha menyempurnakan kelemahan dan kekurangannya itu pada setiap saat dengan sekkuat tenaga. (kitab Madrij al-Salikin). (Ilyas Ismail MA)

sumber : Republika

0 komentar:

Posting Komentar